Senin, 28 Mei 2018

Konsep Dasar Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan

Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan


Pengertian Produk Bersama dan Produk Sampingan

            Produk bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dalam suatu rangkaian atau seri produk secara bersama dengan menggunakan bahan, tenaga kerja, dan biaya overhead secara bersama. Biaya tersebut tidak dapat ditelusuri atau dipisahkan pada setiap produk, dan setiap produkempunyai nilai jual atau kuantitas yang relatif sama. Contohnya seperti produksi susu segar yang dapat menghasilkan krim dan skim cair, selanjutnya krim dapat diolah lebih lanjut menjadi mentega dan skim cair diolah lagi menjadi susu. Dalam produk bersama dapat menghasilkan : Produk utama adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi secara bersama, namun mempunyai nilai atau kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan produk lain. Biaya bersama dalah biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk bersama dan biaya yang diolah secara bersama seperti bahan baku, tenaga kerja, overheaduntuk menghasilkan beberapa produk. Biaya bersama (joint cost) dapat didefinisikan sebagai biaya yang muncul dari produksi yang simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Biaya bersama terjadi dalam bentuk satu jumlah total biaya yang tidak dapat dibagi untuk semua produk yang dihasilkan.
            Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi secara bersama, tetapi produk tersebut nilai atau kuantitasnya lebih rendah dibandingkan dengan produk lain. Produk sampingan (by product) umumnya digunakan untuk mendefinisakan suatu produk dengan nilai total yang relative lebih kecil dan dihasilkan secara simultan atau bersamaan dengan produk lain yang nilai totalnya lebih besar.
Contohnya seperti penyilangan minyak bumi yang dapat dihasilkan sisa dalam bentuk aspal. Minyak bumi merupakan produk utama sedangkan aspal merupakan produk sampingan,

Karakteristik Produk Bersama  dan Produk Sampingan
Karakteristik Produk Bersama
a.         Produk diproses secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama antra satu dengan yang lainnya.
b.         Setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses produksi.
c.         Terdapat Split Off Point yaitu dimana produk-produk tersebut dapat diidentifikasi atau dipisah ke masing-masing produk secara individual.
d.        Setelah titik pisah produk tersebut dapat dijual pada titik pisah (secara langsung) dan dapat juga dijual setelah dipisah (setelah proses lebih lanjut) untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan.
       Karakteristik Produk Sampingan
Produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas :
a.       Yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut;
b.      Yang membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dijual.

Akuntansi Produk Bersama dan Produk Sampingan
  • Akuntansi Produk Bersama

Masalah akuntansi dalam pokok bersama adalah masalah alokasi biaya bersama. Alokasi tersebut bertujuan untuk penentuan harga pokok dan penentuan nilai persediaan. Dengan kata lain tujuan akhir alokasi biaya bersama adalah untuk memberikan informasi kepada manajemen baik untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan maupun kepentingan pengambilan kepentingan.
Ada beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama sebagai berikut:
  1. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif, merupakan pembebanan biaya bersama atas dasar nilai jual masing-masing produk.
  2. Metode Rata-rata Biaya Per Unit, adalah suatu metode dalam mengalokasikan biaya bersama bahwa seluruh produk yang dihasilkan dari proses produksi bersama harus dibebani suatu nilai secara proporsional. 
  3. Metode Unit Kuantitatif/Satuan Fisik, adalah suatu metode dalam pembebanan biaya bersama kepada produk didasarkan atas unit secara fisik atau output dari suatu produk.
  4. Metode Rata-rata Tertimbang, adalah metode yang dalam mengalokasikan biaya bersama berdasarkan unit produksi dikalikan dengal factor pelanggan.        
  • Akuntansi Produk Sampingan

Dalam produk sampingan, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut.Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk sampingan.
Metode Perhitungan dan Akuntansi Harga Pokok Produk Sampingan
Metode yang dapat digunakan dalam perhitungan harga pokok produk sampingan adalah:

Metode Tanpa Harga Pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah. Disamping metode tanpa harga pokok ini dapat dibedakan sebagai berikut: Pengakuan atas pendapatan kotor dimana produk sampingan dapat langsung dijual pada saat titik pisah (split-off point). Metode ini memperlakukan penjulan produk sampingan berdasarkan penjualan kotor.Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang seharusnya dibebankan pada produk sampingan. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba rugi dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.       Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2.      Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3.      Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4.      Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

       Metode Dengan Harga Pokok merupakan suatu metode dimana produk sampingan memperoleh alokasi biaya bersama sebelum dipisah dari produk utama.
Ada dua metode yang berdasarkan pada metode harga pokok, yaitu :
  • Metode biaya pengganti biasanya digunakan pada perusahaan yang produk sampingannya digunakan sendiri, sehingga tidak perlu membeli bahan dari pemasok luar.Harga pokok yang diperhitungkan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti yang berlaku dipasar. Harga pokok ini kemudian dikreditkan pada rekening Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku (BDP-BBB), sehingga mengurangi biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama menjadi lebih rendah. 
  • Metode pasar juga disebut dengan metode pembatalan biaya (Reversal Cost Methods). Metode ini sebenarnya hamper sama dengan metode tanpa harga pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi. Tetapi ada sedikit perbedaan yaitu kalau pada metode pertama (metode tanpa harga pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi) yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan sesungguhnya pada metode nilai pasar yang dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini berusaha untuk menaksir biaya produk sampingan berdasarkan nilai pasarnya. Metode Reversal atau disebut metode pembatalan biaya adalah produk sampingan mendapat alokasi biaya terlebih dahulu sebelum dipisah dari produk utama.



Source :
Sulastiningsih dan Zulkifli. 1999. Akuntansi Biaya Dilengkapi dengan Isu-Isu Kontemporer. Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Bustami Bastian dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Carter William K. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta. Salemba Empat.

Selasa, 22 Mei 2018

Anggaran Kas


Anggaran Kas, Penyusunan Anggaran Kas, Anggaran Kas Tahunan dan Anggaran Kas Jangka Panjang.



  • Pengertian Anggaran Kas


Budget kas menunjukkan rencana aliaran kas masuk, aliran kas keluar dan posisi akhir dari setiap periode. Kebanyakan perusahaan menyusun rencana aliran kas baik jangka panjang maupun jangka pendek. Budget kas jangka pendek hanya meliputi 1 tahun rencana laba. Pada dasarnya, budget kas terdiri dari 2 bagian yaitu rencana penerimaan kas (aliran kas masuk) dan rencana pengeluaran (aliran kas keluar).
Rencana aliran kas keluar dan kas masuk menunjukkan perlunya kemungkinan pembelanjaan jika terjadi defisit kas dan perlunya perencanaan investasi  jika terjadi kelebihan kas. Budget kas memiliki hubungan erat secara langsung dengan kas-kas lainnya, misalnya rencana penjualan, budget piutang dan biaya da budget pengeluaran modal.
Anggaran kas biasanya terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1.         Bagian penerimaan, yaitu saldo kas awal, penagiahn kas dari pelanggan, dan penerimaan lainnya.
2.         Bagian pengeluaran, yang terdiri dari semua pembayaran kas yang dilakukan sesuai tujuan.
3.         Bagian surplus atau defisit kas yang hanya menunjukkan perbedaan antara bagian penerimaan kas dan bagian pengeluaran kas.
4.         Bagian pembiayaan yang memberikan catatan rinci mengenai pinjaman dan pelunasan yang diperkirakan terjadi selama periode penganggaran.

  •  Tujuan dan Perencanaan Pengendalian Kas

1.         Menunjukkan kemungkinan posisi kas sebagai akibat dari operasi perusahaan.
2.         Identifikasi kemungkinan kekeurangan atau kelebihan kas.
3.         Menentukan perlunya pembelajaran atau tersedianya kas yang menganggur untuk investasi.
4.         Mengkoordinasikan kas dengan jumlah modal kerja, pennjualan, investasi dan utang.
5.         Menentukan dasar yang sehat untuk pengendalian posisi kas secara terus-menerus.
Perencanaan pengendalian kas meliputi 3 dimensi waktu :
1.         Budget kas jangka panjang
Sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal kas dan rencana laba strategis jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman) dan estimasi pengeluaran kas (terutama untuk biaya-biaya, pengeluaran modal dan pembayaran hutang) merupakan dasar yang sehat untuk keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan untuk pengeluaran kas dan pengeluaran jangka panjang.
2.         Budget kas jangka pendek
Sesuai dengan rencana laba taktis jangka pendek. Budget kas jangka pendek memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan aliran kas keluar yang rinci yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan misalnya, estimasi penerimaan kas dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk membayar pembelian mesin-mesin dan peralatan yang baru.
3.         Budget kas untuk operasi
Digunakan oleh perusahaan terutama untuk perencanaan dan pengendalian aliran kas masuk dan keluar  berdasarkan kegiatan sehari-hari. Tujuan utama budget ini adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan biaya kehilangan kesempatan karena kas yang menganggur.

  •  Pendekatan dalam Menyusun Anggaran Kas

Dua pendekatan utama yang dipergunakan untuk membuat anggaran kas.
a.       Pendekatan penerimaan dan pengeluaran kas. Metode ini didasarkan pada analisa peningkatan dan pengurangan secara rinci atas rekening kas yang dianggarkan yang akan mencerminkan semua arus uang masuk dan keluar dari anggaran seperti penjualan, biaya, dan pengeluaran untuk penambahan barang modal.
b.      Pendekatan akuntansi keuangan (metode ikhtisar laba rugi). Titik tolak dalam pendekatan ini adalah laba bersih yang direncanakan yang terlihat pada ikhtisar laba rugi yang dianggarkan. Pada dasarnya laba bersih yang direncanakan diubah dari dasar actual menjadi dasar kas, disesuaikan dengan perubahan rekening modal kerja bukan kas seperti persediaan, piutang, biaya yang dibayarkan dimuka akrual dan perkiraan penundaan.
Pendekatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas Untuk Menghitung Penerimaan Kas.Penerimaan kas berasal dari transaksi seperti penjualan tunai, penagihan piutang, penerimaan bunga dari investasi, penjualan, barang modal, dan berbagai sumber pendapatan lain. Jika jumlah ini telah dimasukkan dalam rencana laba, merencanakan arus kas relative lebih mudah. Dalam penjualan kredit, selisih waktu antara saat penjualan dan penerimaan uang menyebabkan munculnya masalah. Pendekatan utama dalam masalah didasarkan pada penagihan masa lalu, waktu rata-rata antara tanggal penjualan dan tanggal penerimaan kas yang bersangkutan. Penerimaan uang masuk yang direncanakan harus dikuranginatau disesuaikan dengan pengaruh rekening piutang yang tidak dapat ditagih.
Rencana Pengeluaran Arus Kas. ( arus kas keluar )
Pengeluaran kas terutama dilakukan untuk pembayaran bahan baku, tenaga kerja, biaya dan penambahan barang modal, pembayaran hutang, dan dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Anggaran untuk item ini memberikan dasar untuk perhitungan pengeluaran kas yang direncanakan. Pendekatan penerimaan dan pengeluaran kas mengharuskan penghapusan pengeluaran atau pemasukkan bukan kas, seperti penyusutan, dari anggaran biaya yang telah dibuat. Pembayaran bunga atas hutang dan pajak bumi semuanya diperhitungkan. Kebutuhan kas untuk membayar dividen mungkin menjadi suatu maslaah, tapi banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan deviden yang konsisten.
Menentukan Kebutuhan Pembiayaan Interim.
Pemasukkan dan pengeluaran kas selanjutnya harus diperbandingkan untuk memperkirakan posisi kas yang direncanakan selama seluruh periode. Untuk membuat perbandingan manajer keuangan membuat masukkan lainnya seperti perkiraan saldo awal kas, saldo akhir kas yang menunjukkan posisi kas yang baik untuk semua periode, perencanaan saldo kas untuk bulan berikutnya yang merupakan pinjaman bank jangka pendek akan dapat melindungi posisi kas. Setelah mempertimbangkan semua faktor, manajer keuangan memutuskan pembiayaan jangka pendek yang dimasukkan dalam anggaran kas.

  • Anggaran Kas Tahunan

Anggaran kas jangka pendek umumnya disusun dengan cara menulusuri jejak berbagai kegiatan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya arus fisik masuk dan arus fisik keluar. Arus balik dari jejak arus fisik yang masuk akan mengakibatkan terjadinya arus kas keluar. Demikian pula sebaliknya arus balik dari jejak berbagai arus fisik keluar akan mengakibatkan terjadinya arus kas masuk.
Di antara perusahaan, Pemilik Modal dan Pemerintah hanya terjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk terjadi pada saat pemilik dan kreditur menyerahkan modalnya pada perusahaan sebagai penyertaan atau sebagai kredit, sedangkan arus kas keluar terjadi pada saat perusahaan membayar kewajiban dalam bentuk pajak,restitusi, bea meterai dan sebagainya pada Pemerintah. Transaksi ini disebut transaksi keuangan yang sifatnya terputus-putus (internittent).
        Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi diantara empat pihak inilah perusahaan akan mampu memperkirakan baik jumlah maupun waktu terjadinya arus kas masuk dan arus kas keluar, baik yang bersifat operasional maupun yang berupa transaksi keuangan. Hasil perekaman arus kas masuk dan arus kas keluar ini kita sebut anggaran kas.

  • Anggaran Kas Jangka Panjang

Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang disesuaikan dengan perencanaan perusahaan yang telah disusun. Anggaran ini juga berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan menambah sumber-sumber dana internal dan sekaligus memperkirakan saldo kas ahir setiap tahun anggaran.
Anggaran jangka panjang merupakan pedoman dari penyusunan anggaran jangka pendek. Dan  anggaran jangka pendek adalah rincian dari anggaran jangka panjang. Bila anggaran kas tahunan disusun dengan cara menelusuri jejak arus fisik masuk dan arus fisik keluar, maka anggaran kas jangka panjang disusun dengan cara membandingkan neraca yang disusun antara dua periode anggaran dan perhitungan rugi laba perusahaan yang terjadi selama periode antara kedua neraca tersebut.
Untuk anggaran kas jangka panjang ini sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan rencana laba strategik jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman), sedangkan estimasi pengeluaran kas adalah terutama untuk biaya-biaya, pengeluaran modal dan pembayaran hutang,yang merupakan dasar yang tepat untuk keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keuangan.




Source :
Munandar. 1996. BUDGETING: PERENCANAAN KERJA, PENGKOORDINASIAN KERJA, PENGAWASAN KERJA . Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta
SHIM, JAE K. & JOEL G. SIEGEL. BUDGETING. Jakarta. Penerbit Erlangga


Selasa, 15 Mei 2018

Biaya Tetap, Biaya Variabel, dan Biaya Semivariabel

"Dasar-Dasar Perilaku Biaya"

Perilaku Biaya (cost behavior) adalah istilah umum untuk mendeskripsikan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan keluaran. Biaya-biaya bereaksi pada perubahan keluaran dengan berbagai cara. Pembahasan mengenai hal ini, diantaranya adalah : biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semivariabel. Berikut pembahasannya


  • Biaya Tetap, adalah biaya yang jumlahnya tetap sama ketika keluaran berubah. Biaya tetap juga didefinisikan sebagai biaya yang dalam jumlah keseluruhan tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat keluaran aktivitas berubah. Biaya tetap diantaranya adalah overhead pabrik yang memasukkan item seperti supervisi, penyusutan, sewa, asuransi properti, dan pajak properti. Rentang yang relevan sendiri merupakan rentang keluaran di mana asumsi hubungan biaya/keluaran berlaku. Beberapa pengeluaran bersifat tetap karena kebijakan manajemen. Misalnya saja, tingkat iklan dan jumlah sumbangan sosial ditentukan oleh manajemen dan tidak berkaitan langsung dengan aktivitas penjualan atau produksi. Pengeluaran semacam itu kadang kala disebut sebagai beban tetap diskresioner atau biaya tetap terprogram. Sedangkan pengeluaran yang membutuhkan serangkaian pembayaran selama jangka waktu yang panjang disebut biaya tetap terikat. Contoh-contohnya meliputi beban bunga atas utang jangka panjang dan sewa guna operasi dalam jangka panjang.

  • Biaya Variabel, adalah biaya dalam jumlah keseluruhan bervariasi secara proporsional terhadap perubahan keluaran. Jadi, biaya variabel naik ketika keluaran naik dan akan turun ketika keluaran turun. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel juga dapat diidentifikasikan langsung terkait dengan aktivias yang menimbulkan biaya tersebut. Biaya variabel dapat juga dinyatakan dengan persamaan linear. 
                             Jumlah biaya variabel = Biaya variabel per unit x Jumlah unit

  • Biaya Semivariabel, adalah biaya yang memperlihatkan karakteristik-karakteristik dari biaya tetap tetap maupun biaya variabel. Biaya semivariabel mencakup biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, beberapa perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya representasi. Terdapat 2 alasan mengapa karakteristik semivariabel dimiliki oleh beberapa jenis pengeluaran :
  1. Pengaturan minimum mungkin diperlukan, atau kuantitas minimum dari perlengkapan atau jasa mungkin perlu digunakan untuk memelihara kesiapan beroperasi. Di luar tingkat biaya minimum ini, yang biasanya bersifat tetap, tambahan biaya bervariasi terhadap volume.
  2. Klasifikasi akuntansi, baik berdasarkan objek pengeluaran maupun fungsi, umumnya mengelompokkan biaya tetap dan biaya variabel bersama-sama.



Source :
Carter, Willian K. 2009. COST ACCOUNTING. Penerbit Salemba Empat
Hansen/Mowen. 2012. MANAGERIAL ACCOUNTING. Penerbit Salemba Empat










Senin, 07 Mei 2018

PERBEDAAN JOB ORDER COSTING DAN PROCESS COSTING


PERBEDAAN JOB ORDER COSTING & PROCESS COSTING

JOB ORDER COSTING
System perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), adalah biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Agar perhitungan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Dan agar rincian perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain. Misalnya, jika suatu percetakan secara simultan mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar temple, maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan tampilan fisiknya, biaya per unit dari pesanan-pesanan tersebut juga berbeda, sehingga menggunakan perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Hal ini berbeda dengan system perhitungan berdasarkan proses, di mana biaya diakumulasikan untuk suatu operasi atau subdivisi dari suatu perusahaan, seperti departemen.
Perhitungan biaya berdasaran pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan ke setiap pesanan. Akuntansi bahan baku memelihara catatan bahan baku, membebankan bahan baku langsung ke pesanan dan membebankan bahan baku tidak langsung ke overhead. Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan, dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke overhead. Akuntansi overhead mengakumulasikan biaya overhead, memelihara catatan terinci atas overhead, dan membebankan sebagian dari overhead ke setiap pesanan. Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan 8 ayat jurnal akuntansi, diantaranya :
  1. Pembelian bahan baku
  2. Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik
  3. Pengakuan biaya overhead pabrik
  4. Penggunaan bahan baku
  5. Distribusi beban gaji tenaga kerja
  6. Pembebanan estimasi biaya overhead
  7. Penyelesaian pesanan
  8. Penjualan produk


PROCESS COSTING
Perhitungan biaya berdasarkan proses biasanya digunakan oleh perusahaan yang memproduksi produk yang homogen atau secara massal. System perhitungan biaya berdasarkan proses (process cost system) adalah bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan cara membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya juga disebut dengan departemen.
Arus biaya produksi untuk system perhitungan biaya berdasarkan proses secara umum sama dengan perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Ketika bahan baku dibeli, biaya bahan baku ini mengalir ke akun Persediaan Bahan Baku. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan akan mengalir ke akun Barang dalam Proses. Dan ketika barang telah selesai, biaya barang yang telah selesai mengalir dari akun Barang dalam Proses ke Barang Jadi. Akhirnya, biaya barang jadi dipindahkan ke akun Harga Pokok Penjualan ketika barang terjual. Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses, setiap Departemen Produksi memiliki akun Barang dalam proses tersendiri. Ketika barang selesai dalam satu departemen, barang tersebut dipindahkan ke departemen berikutnya sampai menjadi barang jadi.

Perbedaan Job Order Costing dan Process Costing
Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
  1. Produk sangat bervariasi.
  2. Biaya diakumulasikan berdasarkan pesanan kerja.
  3. Biaya per unit dihitung melaui pembagian jumlah biaya pekerjaan dengan unit yang diproduksi untuk pekerjaan tersebut.
  1.        Produk bersifat homogeny.
  2.   Biaya diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen.
  3.   Biaya per unit dihitung melaui pembagian biaya proses satu periode dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut.



Source :
CARTER, WILLIAM K. 2009. AKUNTANSI BIAYA. Jakarta. Salemba Empat
HANSEN/MOWEN. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta. Salemba Empat

Selasa, 01 Mei 2018

JUST-IN-TIME (JIT)

Just-In-Time 



Just-In-Time (JIT) adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan. Tujuan fundamental dari JIT adalah untuk memproduksi dan mengirimkan apa yang diperlukan, ketika diperlukan, di semua tahapan proses produksi tepat waktu unttuk difabrikasi, dirakit, dan dikirimkan ke pelanggan. JIT sering kali dikaitkan dengan usaha untuk mengeliminasi pemborosan dalam segpala bentuk, dan merupakan bagian yang penting dalam banyak usaha manajemen mutu total (total quality management – TQM).
Aspek yang mencolok dari JIT adalah usaha untuk mengurangi persediaan barang dalam proses dan bahan baku. Kebannyakan tulisan mengenai JIT berkonsentrasi pada satu aspek yang disebut dengan produksi tanpa persediaan, produksi ramping, atau produksi dengan persediaan nihil.
JIT berusaha mengurangi persediaan karena persediaan dipandang sebagai pemborosan. Persediaan mencerminkan sumber daya yang tidak digunakan dan dapat menyebabkan terjadinya pembrosan lainnya. Tujuan mengurangi persediaan ke titik nol hanya mungkin dicapai dalam kondisi :
  1. Biaya dan waktu persiapan yang rendah atau tidak signifikaN
  2. Ukuran lot sama dengan satu
  3. Waktu tunggu minimum atau hamper seketika
  4. Beban kerja yang seimbang dan merata
  5. Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan, kualitas yang buruk, pemeliharaan mesin yang tidak sesuai jadwal, perubahan spesifikasi, atau perubahan lain yang tidak berencana.

Konsep persediaan sama dengan nol mengandung arti tingkat kesempurnaan yang umumnya tidak dapat dicapai. Tetapi, JIT menstimulasi perbaikan konstan dalam kondisi lingkungan yang menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan. Pengurangan persediaan secara kontinu dicapai melalui proses-proses berikut :
  1. Persediaan dikurangi sampai suatu masalah ditemukan dan diidentifikasikan.
  2. Sekali masalah sudah didefinisikan, tingkat persediaan dinaikkan untuk menyerap dampak dari masalah ini dan agar system dapat beroperasi dengan lancar.
  3. Masalah tersebut dianalisis dan cara-cara praktis diidentifikasi untuk mengurangi atau menghilangkan masalah.
  4. Sekali masalah telah dikurangi atau dihilangkan, tingkat persediaan dikurangi lagi sampai masalah berikutnya ditemukan dan diidentifikasi.
  5. Langkah 2 sampai 4 diulangi hingga pada tingkat persediaan minimum yang paling mungkin untuk dicapai.

Dengan cara ini, pengurangan persediaan mengungkapkan masalah dan menstimulasi pencarian cara-cara praktis guna menyelesaikannya, sehingga perbaikan secara kontinu dapat dilakukan untuk mengeliminasi pemborosan. 

Selasa, 24 April 2018

RESIKO AUDIT


Komponen Model Risiko Audit


Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran seberapa besar auditor bersedia menerim bahwa laporan keuangan akan salah saji secara material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. 
Risiko 
Empat gambaran umum tentang risiko diantaranya :
  1. Risiko Deteksi yang Direncanakan (planned detection risk) adalah risiko bahwa bukti audit untuk satu tujuan audit akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kerja. Dua hal penting yang harus diketahui tentang risiko deteksi yang direncanakan : Risiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga factor lain dalam model risiko audit. Dan risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantive yang direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi yang direncanakan.
  2. Risiko Inheren, mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji yang material, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar aka nada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditr akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi. Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena pengendalian internal diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian.
  3. Risiko Pengendalian (control risk) mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah saji yang material akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu leh pengendalian internal klien. Model risiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara risiko inheren dan risiko pengendalian. Sebelum menetapakan risiko pengendalian, auditor harus memahami pengendalian internal yang ada, mengevaluasi seberapa baik pengendalian tersebut berfungsi, serta menguji keefektifannya.
  4. Risiko Audit yang dapat Diterima (acceptable audit risk) adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan risiko audit yang dapat diterima lebih rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak disalahsajikan secara material. Risiko audit yang dapat diterima sering kali auditor menyebutnya dengan audit assurance. Audit assurance merupakan pelengkap risiko audit yang dapat diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima.



Source :
Arens, Alvin A. ; March 12, 2014; Auditing dan Jasa Assurance; Penerbit Erlangga; Edisi kelimabelas; Jilid 1

Selasa, 17 April 2018

MATERIALITAS


Materialitas dalam Laporan Audit


Materialitas adalah pertimbangan penting dalam melakukan jenis leporan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Contoh, jika salah saji relative tidak material terhadap laporan keuangan suatu entitas selama periode berjalan, maka tepat untuk menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualian.


Terdapat tiga tingkat materialitas yang digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan :
  1. Jumlahnya Tidak Material, Apabila ada salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, hal tersebut dianggap sebagai tidak material. Contoh, asumsikan bahwa manajemen mencatat asuransi dibayar di muka sebagai asset pada tahun sebelumnya dan memutuskan untuk membebankannya dalam tahun berjalan guna mengurangi biaya pemeliharaan catatan.
  2. Jumlahnya Material tetapi Tidak Memperburuk Laporan Keuangan secara Keseluruhan. Tingkat materialitas yang kedua terjadi aabila salah saji dalam laoran keuangan akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan itu, tetapi laporan keuangan secara keseluruhan tetap disajikan secara wajar sehingga masih berguna. Contoh, pengetahuan akan salah saji yang besar dalam asset tetap mungkin mempengaruhi keinginan pemakai untuk meminjam uang kepada perusahaan jika asset itu adalah jaminannya.
  3. Jumlahnya Sangat Material atau Begitu Pervasif sehingga Kewajaran Laporan Keuangan secara Keseluruhan Diragukan. Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila pemakai mungkin akan membuat keputusan yang tidak benar jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan. Contoh, jika persediaan merupakan saldo terbesar dalam laporan keuangan, maka salah saji yang besar mungkin akan begitu material sehingga laporan auditor harus menunjukkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak dapat dipandang sebagai telah disajikan secara wajar. Apabila terwujud tingkat materialitas yang tertinggi, auditor harus menolak memberikan pendapat atau memberikan pendapat tidak wajar, tergantung pada kondisi perusahaan yang ada.

Hubungan Materialitas dengan Jenis Pendapat
Tingkat Materialitas
Signifikansi bagi keputusan pemakaian yang layak
Jenis Pendapat
Tidak Material
Keputusan pemakai cenderung tidak dipengaruhi.
Wajar tanpa pengecualian
Material
Keputusan pemakai cenderung dipengaruhi hanya jika informasi yang dipertanyakan sangatlah penting untuk keputusan spesifik yang akan diambil. Laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan dengan wajar
Wajar dengan pengecualian
Sangat Material
Sebagian besar atau seluruh keputusan pemakai yang didasarkan pada laporan keuangan kemungkinan besar akan terpengaruhi.
Menolak memberikan pendapat atau pendapat tidak wajar.



Source :
Arens, Alvin A. ; March 12, 2014; Auditing dan Jasa Assurance; Penerbit Erlangga; Edisi kelimabelas; Jilid 1

Konsep Dasar Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan

Biaya Produk Bersama dan Produk Sampingan Pengertian Produk Bersama dan Produk Sampingan             Produk bersama adalah beber...